Boyolali | BIN - Hal tersebut diungkapkan Cak Andong Panglima Organisasi Pemuda dan Mahasiswa (OPM) Boyolali telah secara resmi mengumumkan kesiapan mereka untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi struktural yang selama ini dipegang oleh apa yang mereka sebut sebagai “Manggis” (minggu, 06 Oktober 2024) dalam Agenda Konsolidasi Organisasi Pemuda dan Mahasiswa di Andong Boyolali.
Gerakan ini, yang diinisiasi oleh sejumlah aktivis sosial dari berbagai Organisasi pemuda dan mahasiwa, bertujuan untuk meruntuhkan apa yang mereka anggap sebagai penguasaan elit terhadap sumber daya dan kekuasaan di wilayah Boyolali.
Cak Andong Menegaskan "Dalam konteks perlawanan sosial, OPM Boyolali menegaskan bahwa gerakan ini adalah manifestasi dari keresahan yang telah lama dirasakan oleh masyarakat akar rumput." Tegas cak Andong aktivis Mahasiswa UIN Surakarta tersebut. (06/10)
Cak Andong juga menambahkan, Mereka merasa bahwa struktur sosial dan politik di Boyolali telah dikendalikan oleh segelintir kelompok yang memiliki akses eksklusif terhadap sumber daya ekonomi dan politik. Hal ini menyebabkan ketidakadilan sosial dan ketimpangan ekonomi yang semakin melebar.
Salah satu aktivis terkemuka ditunjuk sebagai Panglima OPM yang biasa dipanggil Cak Andong, menegaskan bahwa perlawanan ini bukanlah sekadar aksi spontan, melainkan bagian dari proses panjang untuk mencapai tatanan sosial yang lebih adil.
Kami menyadari bahwa selama bertahun-tahun, Manggis telah menjadi simbol dari ketidakadilan sosial di Boyolali, ini tidak hanya menguasai sumber daya ekonomi, tetapi juga memiliki kendali politik yang memarginalkan kepentingan rakyat kecil, oleh karena itu, OPM Boyolali mengambil sikap tegas untuk menggugat struktur kekuasaan ini dan mengembalikan hak-hak rakyat yang selama ini terabaikan,” tegas Cak Andong yang diketahui juga Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Lebih lanjut, Cak Andong menekankan bahwa gerakan ini akan terus berlangsung hingga terjadi perubahan signifikan dalam distribusi kekuasaan dan sumber daya di Boyolali.
”Perjuangan ini bukanlah semata-mata perlawanan fisik, tetapi sebuah upaya untuk menciptakan kesadaran kolektif bahwa rakyat memiliki hak untuk mendapatkan keadilan. Kami tidak akan berhenti sampai struktur yang timpang ini diubah, dan keadilan benar-benar diwujudkan untuk semua elemen masyarakat,” tambah cak Andong yang Juga Aktif di Organisasi IPNU Boyolali.
Selain itu, OPM Boyolali juga telah merancang strategi jangka panjang yang melibatkan pendidikan politik kepada masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis terhadap isu-isu sosial dan politik yang selama ini diabaikan.
Mereka percaya bahwa perubahan yang substansial hanya dapat terjadi apabila masyarakat memiliki pemahaman yang mendalam tentang hak-hak mereka dan berani memperjuangkannya.
Gerakan ini mendapatkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat yang merasa termarjinalkan oleh kebijakan-kebijakan yang dianggap berpihak pada elit. Banyak pihak yang menilai bahwa langkah OPM Boyolali ini adalah awal dari proses transformasi sosial yang lebih besar, yang tidak hanya akan berdampak pada Boyolali, tetapi juga dapat menginspirasi daerah lain untuk melakukan hal serupa. (Red/abi_ilma)